Suatu
hari di sebuah rumah mewah di pinggiran desa, ada sepasang suami istri, Rudi
dan sang istri bernama yuli. Rudi adalah anak tunggal keturunan orang
terpandang di desa itu, sedangkan Yuli adalah anak orang biasa. Namun kedua orang tua Rudi, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu.
Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Yuli juga sudah tidak punya
saudara dan orang tua lagi. Karna meninggal saat ia masih kecil.
Orang memandang,
mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana
mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti
sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu
sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anak.
Akibatnya Rudi putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk
menceraikan sang istri, yg dianggap tidak mampu memberikan keturunan sebagai
penerus generasi. Setelah melalui perdebatan, dengan sedih dan duka yg
mendalam, akhirnya Yuli pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap
bercerai.
Sambil menahan
perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian
tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak
setuju, tapi tampaknya keputusan Rudi sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan
Yuli.
Setelah berdebat
cukup lama, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui
perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga
diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat
mereka menikah dulu. Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka
persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari
kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah
pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Rudi nampak
tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan
sempoyongan. Sementara Yuli tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata
di pipinya. Di sela mabuknya itu tiba-tiba Rudi berdiri tegap dan berkata
lantang,
"Istriku, saat
kamu pergi nanti... ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau
apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi..!"
Setelah berkata
demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.
Keesokan harinya,
seusai pesta, Rudi terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia
merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali
satu. Yuli istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun
ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu
bertanya,
"Ada dimana
aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan
bermimpi..? Tolong jelaskan..."
Yuli pun lalu
menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,
"Suamiku...
ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan orang-orang ini para tetangga. Kemaren
kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau
dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg
berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu
sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi...!"
Dengan perasaan
terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Rudi lalu bangun dan
kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Yuli hanya bisa
pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas,
lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.
"Maafkan aku
istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya
cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat
menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu
dalam keadaan apapun..."
Kedua suami istri
itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan
penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk
tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya..
‘’ketahuilah sobat
bahwa tujuan utama dalam pernikahan bukanlah hanya untuk mendapatkan keturunan,
memang diakui keturunan sangatlah di harapkan dalam pernikahan, tapi masih
banyak hal-hal yang perlu di selami dalam hidup berumah tangga.
Untuk itu kita
perlu meluruskan kembali tujuan kita dalam menikah, yaitu peneguhan janji
sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan
suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yang
kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan
berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya
merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.’’
"Harta dalam
rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki,
namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam
keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..
EmoticonEmoticon