
~Pentingnya Meluruskan Shaf & Ancaman Keras bagi yang Tidak Meluruskannya
Dan di antara hal yang berkaitan dengan shalat yang harus diperhatikan dengan
serius dan tidak boleh diremehkan adalah permasalahan lurus dan rapatnya shaf
(barisan dalam shalat).
Mengapa demikian? Karena ancamannya pun tidak sembarangan, yakni ancaman bagi
yang tidak meluruskan shaf.
Dijelaskan di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan
Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir, beliau berkata,
aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh
Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan wajah-wajah kalian
berselisih).” (HR. Al-Bukhariy no.717 dan Muslim 436))
Dalam satu riwayat milik Al-Imam Muslim disebutkan,
“Bahwasanya Rasulullah biasa meluruskan shaf-shaf kami seakan-akan beliau
sedang meluruskan anak panah sehingga apabila beliau melihat bahwasanya kami
telah memahami hal itu, yakni wajibnya meluruskan shaf (maka beliaupun memulai
shalatnya, pent). Kemudian pada suatu hari beliau keluar, lalu berdiri sampai
hampir-hampir beliau bertakbir untuk shalat, tiba-tiba beliau melihat seseorang
yang menonjol sedikit dadanya, maka beliaupun bersabda, “Wahai hamba-hamba
Allah, benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka
Allah sungguh akan memalingkan antar wajah-wajah kalian.”
Lihatlah wahai saudaraku, kaum muslimin, sabda beliau yang mulia, yang mana
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah Allah terangkan sifatnya kepada
orang-orang beriman,
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan
(keimanan, kebaikan dan keselamatan) bagi kalian, dan amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (At-Taubah:128)
Tidaklah beliau bersabda demikian kecuali karena menginginkan kebaikan bagi
ummatnya, kaum muslimin.
Tidak ada satu kebaikan pun yang akan mendekatkan ke jannah kecuali telah
beliau tunjukkan kepada ummatnya agar melakukannya dan tidak ada satu kejelekan
pun yang akan mengantarkan ke neraka kecuali telah beliau larang ummatnya agar
menjauhinya.
Di dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
menekankan agar meluruskan shaf di dalam shalat dengan sabdanya, “Benar-benar
kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan
palingkan antar wajah-wajah kalian.”
“Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian” dalam kalimat ini terdapat tiga
penekanan dan penguat yaitu: sumpah yang diperkirakan, lam taukid dan nun
taukid.
Demikian juga kalimat setelahnya, “atau sungguh Allah akan palingkan antar
wajah-wajah kalian”, mengandung tiga penekanan dan penguat: sumpah, lam taukid
dan nun tukid, yakni jika kalian tidak meluruskan shaf, maka sungguh Allah
subhanahu wa ta’ala akan memalingkan antar wajah-wajah kalian.
~Makna Berpaling/Berselisihnya Wajah
Para ulama berbeda pendapat tentang makna “berpalingnya atau berselisihnya
wajah“.
Sebagian mereka berpendapat, bahwasanya maknanya adalah sungguh Allah subhanahu
wa ta’ala akan memalingkan antar wajah-wajah mereka dengan memalingkan sesuatu
yang dapat dirasakan panca indera, yaitu dengan memutar leher, sehingga
wajahnya berada dibelakangnya, dan Allah subhanahu wa ta’ala Maha Mampu atas
segala sesuatu.
Dialah Allah ‘Azza Wa Jalla yang telah menjadikan sebagian keturunan Nabi Adam
(yaitu Bani Israil) menjadi kera, di mana Allah subhanahu wa ta’ala berkata
kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina” (Al-Baqarah:65) maka jadilah
mereka kera.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala mampu untuk memutar leher manusia sehingga
wajahnya berada di punggungnya, dan ini adalah siksaan yang dapat dirasakan
panca indera.
Adapun ulama yang lain berpendapat, bahwa yang dimaksudkan perselisihan di sini
adalah perselisihan maknawiyyah, yakni berselisihnya hati, karena hati itu
mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat terhadap satu arah, satu
pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka akan didapatkan kebaikan yang
banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati berselisih maka ummat pun akan
berpecah belah.
Sehingga yang dimaksud perselisihan dalam hadits ini adalah perselisihan hati,
dan inilah tafsiran yang paling shahih/benar, karena terdapat dalam sebagian
lafazh hadits, “atau sungguh Allah akan palingkan antar hati-hati kalian.”
Dengan alasan inilah, maka yang dimaksud dengan sabda beliau, “atau sungguh
Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian”, yakni cara pandang kalian, yang
hal ini terjadi dengan berselisihnya hati.
~Wajibnya Meluruskan Shaf
Bagaimanapun juga, di dalam hadits ini terdapat dalil akan wajibnya meluruskan
shaf, dan bahwasanya wajib atas para makmum untuk meluruskan shaf-shaf mereka,
dan kalau mereka tidak meluruskan shafnya, maka sungguh mereka telah
mempersiapkan diri-diri mereka untuk mendapatkan siksaan dari Allah subhanahu
wa ta’ala, wal’iyaadzu billaah.
Pendapat ini yaitu wajibnya meluruskan shaf adalah pendapat yang benar,
sehingga wajib atas imam-imam shalat agar memperhatikan shaf, apabila
didapatkan padanya kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau mundur, maka
para imam tersebut harus memperingatkan mereka agar meluruskan shafnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun kadang-kadang berjalan di antara
shaf-shaf untuk meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang
pertama sampai terakhirnya.
Ketika manusia semakin banyak di masa khilafah ‘Umar Ibnul Khaththab, ‘Umar pun
memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah dikumandangkan
iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah datang dan mengatakan,
“Shaf telah lurus” maka ‘Umar pun bertakbir untuk memulai shalat.
Demikian juga hal ini dilakukan oleh ‘Utsman bin ‘Affan, beliau menugaskan
seseorang untuk meluruskan shaf-shaf manusia, maka apabila orang tersebut
datang dan mengatakan, “Shaf telah lurus”, beliaupun bertakbir untuk memulai
shalat.
Semuanya ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah meluruskan shaf.
Sebagian Kaum Muslimin Susah Diatur
Akan tetapi, sungguh amat disesalkan, sekarang engkau akan dapati para makmum
tidak mempedulikan masalah meluruskan shaf, yang satu agak maju ke depan, yang
satu lagi agak mundur ke belakang, tidak peduli akan lurusnya shaf.
Kadang-kadang mereka lurus pada raka’at pertama, kemudian ketika sujud
muncullah kesenjangan, yang satu agak maju dan yang lain agak ke belakang, dan
mereka tidak meluruskan shaf pada raka’at kedua, bahkan mereka tetap seperti
itu tidak meluruskan shaf di raka’at kedua dan seterusnya, ini adalah
kesalahan.
Yang lebih mengherankan dari semuanya itu adalah ketika ada seseorang yang
paham akan wajibnya meluruskan shaf, dia bertindak sebagai imam, maka diapun
melaksanakan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu memeriksa
para makmum dan memerintahkan mereka untuk meluruskan shaf, maka engkau akan
dapati sebagian makmum tersebut enggan, tidak mau lurus dan rapat. Bahkan ada
yang menonjol maju ke depan atau mundur ke belakang, ataupun kaki-kaki mereka
tidak rapat antara satu dengan lainnya. Dalam keadaan mereka sudah mengetahui
hadits di atas. Wallaahul Musta’aan.
Semoga Allah Tabaraka Wa Ta’ala menunjuki semua kaum muslimin agar menjadi
orang-orang yang taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam, di mana sifat orang-orang mukmin yang baik adalah sami’naa wa atha’naa
(kami mendengar dan kami taat), bukan sami’naa wa ‘ashainaa (kami mendengar dan
kami melanggarnya).
Yang jelas wajib bagi imam maupun para makmum untuk meluruskan dan merapatkan
shaf.
Bila Hanya Ada Imam & Seorang Makmum
Kalau ada yang bertanya, “Apabila di sana hanya ada imam dengan seorang makmum
saja, apakah imam maju sedikit ke depan ataukah sejajar dengan makmum?“
Jawabannya adalah hendaklah imam sejajar dengan makmum, imam berada di sebelah
kiri sedangkan makmum di sebelah kanan imam, karena apabila hanya ada imam dan
seorang makmum saja, maka berarti shaf cuma ada satu, yang tidak mungkin makmum
sendirian di belakang imam, bahkan yang benar adalah mereka berdua berada dalam
satu shaf yaitu sang imam sejajar dengan makmum. Dengan berada dalam satu shaf
akan terjadi kelurusan dalam shaf.
Dalilnya adalah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam,
datanglah Ibnu ‘Abbas berdiri di sebelah kiri beliau, maka beliau pun menarik
Ibnu ‘Abbas dan menjadikannya tepat di sebelah kanan beliau. (Muttafaqun
‘alaihi)
Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh sebagian ulama, “Bahwasanya
hendaklah imam maju sedikit ke depan”, karena pendapat ini tidak ada dalilnya,
bahkan justru dalil menyelisihi pendapat ini, yaitu hendaklah antara imam dan
makmum sejajar apabila mereka hanya berdua.
Jangan Ada yang Menonjol Dadanya!
Kemudian dalam riwayat yang lain disebutkan, “Bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa meluruskan shaf-shaf kami (para shahabat) seakan-akan
meluruskan anak panah.” Maka jadilah shaf mereka benar-benar lurus dengan
sempurna, sehingga tidak ada yang maju ataupun mundur walaupun sedikit.
Beliau biasa meluruskan shaf seperti meluruskan anak panah, sehingga apabila
beliau melihat bahwasanya para shahabatnya telah memahaminya, yakni mereka
telah paham dan tahu bahwasanya shaf harus lurus, beliaupun memulai shalatnya.
Kemudian pada suatu hari beliau keluar untuk melaksanakan shalat, tiba-tiba
beliau melihat seseorang yang menonjol dadanya, maka beliaupun besabda, “Wahai
hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau
tidak) maka sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian.”
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Benar-benar kalian luruskan
shaf-shaf kalian” sebabnya adalah semata-mata hanya karena beliau melihat
seseorang menonjol dadanya, yaitu dada orang tersebut menonjol sedikit.
Bagaimana kalau beliau melihat shaf-shaf yang ada sekarang? Yang satu ke depan,
yang satu lagi ke belakang, shaf mereka bengkok, tidak lurus dan tidak rapat?
Bisa kita bayangkan apa yang akan diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika melihat keadaan seperti itu?
Imam Shalat Hendaklah Memeriksa Shaf
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwasanya di antara petunjuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa beliau senantiasa memeriksa shaf,
meluruskan dan merapatkan shaf. Kalau masih ada yang belum lurus atau belum
rapat maka beliaupun meluruskannya bahkan mengancam -sebagaimana kisah di atas-
kepada orang yang maju sedikit dari shafnya dengan ancaman ini, “Benar-benar
kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka sungguh Allah akan
memalingkan antar wajah-wajah kalian.”
Petunjuk ini harus diteladani oleh para imam shalat agar memeriksa, mengatur
dan meluruskan shaf para makmum.
Kesimpulannya adalah wajib atas kita untuk menerangkan masalah ini kepada
imam-imam masjid dan demikian juga kepada para makmum agar mereka memperhatikan
perkara yang sangat berbahaya ini sehingga mereka benar-benar meluruskan dan
merapatkan shafnya di dalam shalat.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu membimbing kita kepada apa yang
dicintai dan diridhai-Nya. Wallaahu A’lam.
EmoticonEmoticon